Lokasinya ada dua titik, dilengkapi dengan tangki penampungan bahan bakar minyak. "Untuk petugas teknisi khusus mesin 3 Shift, pemuka mekanik, mekanik, dan motoris. Ada 9 crew ditambah 1 Chief jadi 10. Yang chief itu 24 jam, termasuk saya," tutur suami dari Irena ini.
Mesin genset yang merupakan bawaan dari RIG ini rutin dilakukan perawatan oleh tim mekanik. "Antisipasi supaya tidak mati adalah maintenance, mekanik eletrik. Semua parameter di genset didokumentasikan, dan dicatat. Serta rutin diservis tergantung jam jalan," lanjutnya menambahkan untuk mesin bila ada trouble akan mendapat pengawasan dari Trakindo.
Untuk stok minyak sebagai bahan bakar genset, selalu siap di lokasi. Bahkan dalam perhari mesin genset di lokasi menghabiskan 9 hingga 12 ton minyak per hari. "Untuk stok minyak tidak pernah ada kendala, ada yang mengaku dari zona," tuturnya.
Lantas bagaimana bila ada petir atau hujan, apakah akan berdampak pada operasional mesin genset? Yani mengaku, saat ini belum ada kendala apapun dalam operasional mesin genset. Begitu pula dengan petir besar, mesin aman. Karena Semua alat termasuk mesin genset sudah dilengkapi keamanan, jadi aman dari petir," imbuhnya.
Yani menuturkan, belum ada kendala apapun dari mesin genset. "Intinya kita menjaga jangan sampai ada kendala, dan sejauh ini aman tidak pernah sekalipun mati," ucapnya.
Hanya saja memang ungkapnya, untuk crew diwajibkan memakai pelindung dan SOP selama masuk di area mesin. Termasuk harus memakai pelindung telinga.
"Pelindung telinga harus dipakai, kalau ada yang tidak pakai itu akan kita tegur," terangnya mengungkapkan suara kebisingan masih aman untuk telinga dan selalu dilakukan uji tes kebisingan.
Dalam kesempatan itu, Yani yang sudah menjadi bagian dari Pertamina sejak lama ini mengaku tak memiliki kendala dengan pendengaran kendati hidup berdampingan dengan suara mesin.
Begitu pula dengan semua personel yang berjumlah 116 dengan 69 orang khusus Rig. Suara bising sama sekali tak menganggu dalam bertugas. Bahkan Yani sudah bertugas di rig dan berteman dengan kebisingan sejak tahun 1989.
"Kita sudah mutar - mutar tugas di rig sejak tahun 1989. Sudah berhubungan dengan kebisingan mulai 1989. Dan sampai sekarang tidak masalah, apalagi kita selalu ada tes pendengaran, tes kesehatan dan tes kesehatan lainnya. Jadi aman - aman saja, sudah terbiasa," imbuhnya.
Sementara itu, untuk pekerjaan Yani mengaku memiliki waktu kerja 2 Minggu dan akan libur selama 2 minggu. Diwaktu bekerja dirinya lebih banyak menghabiskan waktu bersama tim di lokasi.
Sementara saat libur 2 Minggu, ayah tiga anak ini akan memanfaatkan waktu libur dengan kumpul bersama keluarga di yang ada di Cirebon. "Jadi bolak balik Cirebon dan Rig, kalau libur ya pulang kumpul dengan keluarga," imbuhnya.
Untuk tempat tinggal, para pekerja RIG PDSI LBK - INF9 menghuni rumah 'container '. Kendati demikian tempatnya sangat nyaman dan layak. Setiap ruangan dilengkapi pendingin atau AC. Urusan makanan dan minuman semua disiapkan oleh koki dengan makanan diminta Seperi di hotel bintang.
Selain Yani, Andre Gunawan N Toolpusher PT PDSI menyampaikan, saat off atau libur dimanfaatkan untuk pulang ke rumah apalagi bagi yang sudah berkeluarga.
Dan selama bekerja di lokasi, saling komunikasi menjadi penghubung antara dirinya dan keluarga. "Saling komunikasi dengan keluarga, itu penting untuk selalu menjalin hubungan dengan keluarga. Kalau lagi off kita pulang ke rumah masing - masing apalagi bagi yang sudah berkeluarga," tutur pria yang masih lajang ini dan bertugas di PDSI sejak 2 tahun lalu.
Stanley Hendri seorang Crew dan pekerja Rig PDSI LBK - INF9 bagian HSSE menambahkan, suasana harmonis di lapangan terus dijaga. Hal ini pula menjadi salah satu hiburan dan penyemangat bagi para crew atau pekerja yang ada di lapangan.