Meski sudah lanjut usia, Mbah Sutiah tetap berani dan percaya diri menjalani perjalanan haji yang panjang ini, didampingi oleh keluarga tercinta. Ia merasa yakin karena telah menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT.
Kisah Mbah Sutiah juga menjadi inspirasi, terutama di tengah upaya pemerintah untuk membuat penyelenggaraan haji semakin ramah bagi para lansia. Melalui Kementerian Agama (Kemenag), berbagai fasilitas dan skema pelayanan disediakan untuk mendampingi jamaah lansia, agar tetap merasa nyaman dan aman selama ibadah haji.
Beberapa inovasi yang diterapkan antara lain sistem murur, tanazul, dan safari wukuf. Sistem murur memudahkan jamaah untuk berpindah dari Arafah ke Muzdalifah tanpa harus turun, langsung menuju Mina. Ini mengurangi kerumunan dan mempercepat proses mobilisasi.
Selain itu, safari wukuf diperkuat bagi jamaah lansia atau mereka yang membutuhkan bantuan khusus, seperti penyandang disabilitas. Berbagai fasilitas transportasi, konsumsi, dan akomodasi juga disiapkan agar mereka bisa menjalani puncak ibadah haji dengan lebih ringan.
"Kebijakan ini sangat diapresiasi oleh jamaah lansia, karena mereka merasa tidak terlalu lelah dan tetap dapat melaksanakan manasik dengan lebih mudah," ujar Subhan Cholid, Direktur Layanan Haji Luar Negeri.
Di balik kebijakan tersebut, terdapat semangat yang sama seperti yang dimiliki Mbah Sutiah: semangat yang lahir dari kesabaran, ketekunan, dan keyakinan bahwa tidak ada kata terlambat untuk memenuhi panggilan suci menuju Baitullah. (*)