Masyarakat diimbau untuk memperbaiki gaya hidup, seperti tidak merokok, meningkatkan aktivitas fisik, dan meningkatkan konsumsi protein, buah, dan sayur.
Untuk mengendalikan faktor risiko PTM, termasuk obesitas, penatalaksanaan yang adekuat sangat penting.
Terapi obesitas melibatkan adopsi pola makan sehat, berolahraga, modifikasi perilaku, pendekatan medis, dan rujukan bila diperlukan.
Risiko obesitas pada anak-anak juga ditekankan oleh dr. Lovely Daisy, MKM, Plt Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Kasus obesitas pada anak-anak meningkat sebanyak 10 kali lipat selama empat dekade dari tahun 1975 hingga 2016 untuk anak-anak usia 5 hingga 19 tahun.
Kurangnya aktivitas fisik juga berhubungan erat dengan obesitas pada anak-anak. Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 64% anak usia 10 hingga 14 tahun memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah.
Kombinasi aktivitas fisik yang kurang dan kebiasaan makan yang buruk menempatkan anak-anak pada risiko tinggi mengalami obesitas.
Selain itu, kebiasaan anak-anak yang melewatkan sarapan juga umum terjadi.
Data Riskesdas 2018 mencatat bahwa 65% anak-anak tidak sarapan dan memilih camilan di sekolah tanpa pengawasan orang tua.
Untuk mencegah obesitas pada anak-anak, pemantauan pertumbuhan setiap bulan penting dilakukan untuk mendeteksi ketidakseimbangan gizi secara cepat.
BACA JUGA:Rayakan Hari Ibu Dengan Senam Gunakan Daster
Strategi pencegahan meliputi pengaturan pola makan dengan makanan terjadwal, tiga kali makan makanan pokok, dan dua kali makanan selingan.
Selain itu, aktivitas fisik secara rutin dan penyediaan makanan bergizi seimbang oleh orang tua menjadi hal yang penting untuk kesehatan anak-anak.
Orang tua dapat berperan besar dalam membantu anak-anak mengembangkan kebiasaan makan yang selektif dan sehat. (*)