PRABUMULIHPOS.DISWAY.ID – Gigitan nyamuk dapat menyebabkan berbagai penyakit berbahaya seperti demam berdarah, malaria, chikungunya, dan virus zika.
Namun, menariknya, tidak semua orang memiliki tingkat risiko yang sama untuk digigit oleh nyamuk.
Beberapa individu lebih sering menjadi sasaran gigitan nyamuk dibandingkan yang lain. Fenomena ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan kondisi tubuh, kebiasaan, dan faktor lingkungan.
Faktor yang Meningkatkan Risiko Digigit Nyamuk
BACA JUGA:Jam Tangan dengan Harga Fantastis, Dari Rolex Submariner hingga Franck Muller
BACA JUGA:Raih Golden Ticket Indonesian Idol, Instagram Junaidi Dicari Netizen: Untung Sudah Follow
1. Golongan Darah O dan AB
Orang dengan golongan darah O dan AB lebih rentan digigit nyamuk. Hal ini karena nyamuk memiliki reseptor yang peka terhadap zat-zat kimia yang ada dalam golongan darah tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa nyamuk Aedes albopictus (nyamuk Macan Asia) cenderung lebih tertarik kepada orang dengan golongan darah O.
Sementara itu, Anopheles gambiae (nyamuk rawa) lebih menyukai orang dengan golongan darah AB.
2. Suhu Tubuh yang Tinggi
BACA JUGA:Raih Golden Ticket Indonesian Idol, Instagram Junaidi Dicari Netizen: Untung Sudah Follow
BACA JUGA:Rencana Liburan Akhir Tahun? 5 Negara Ini Punya Perayaan Tahun Baru yang Spektakuler
Nyamuk memiliki kemampuan untuk mendeteksi suhu tubuh yang lebih tinggi. Oleh karena itu, orang dengan suhu tubuh yang lebih hangat menjadi sasaran empuk bagi nyamuk, karena tubuh manusia mudah dikenali sebagai sumber panas.
3. Orang yang Berkeringat
Keringat juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang digigit nyamuk. Keringat manusia mengandung berbagai senyawa kimia, seperti asam laktat dan amonia, yang menarik bagi nyamuk.
Asam laktat, khususnya, menjadi bau yang sangat disukai nyamuk, sehingga orang yang sering berkeringat lebih berisiko untuk digigit.
4. Peningkatan Karbon Dioksida
BACA JUGA:Tren Dekorasi Natal 2024, Lilin Aromaterapi untuk Suasana yang Menenangkan