Inilah dilema yang dihadapi oleh para insinyur. Mereka terus berupaya mencari solusi terbaik untuk memenuhi kebutuhan konsumen tanpa mengorbankan kenyamanan dan portabilitas ponsel.
BACA JUGA:Vivo V23 5G, Ponsel Kelas Menengah dengan Desain Mewah dan Kamera Selfie Canggih
BACA JUGA:Pesona Pulau Palau, Dari Keindahan Laut hingga Budaya yang Memikat
Selain itu, baterai juga harus aman. Baterai litium-ion sebenarnya sangat reaktif. Jika ukuran baterai terlalu besar atau pengisian daya dilakukan terlalu cepat, bisa menimbulkan risiko seperti overheat atau bahkan ledakan.
Anda mungkin pernah mendengar tentang ponsel yang dilarang dibawa ke pesawat karena baterainya berisiko meledak. Itulah sebabnya produsen sering memilih untuk tidak mengorbankan faktor keamanan demi kapasitas yang lebih besar.
Namun, bukan berarti tidak ada kemajuan dalam teknologi baterai. Para ilmuwan terus mencari alternatif, seperti baterai solid-state, yang diprediksi akan lebih aman, tahan lama, dan efisien.
Sayangnya, teknologi ini masih mahal dan belum bisa diproduksi secara massal. Oleh karena itu, kita harus bersabar sebelum bisa menikmati manfaat dari inovasi ini.
BACA JUGA:Pesona Pulau Palau, Dari Keindahan Laut hingga Budaya yang Memikat
BACA JUGA:Cara Mudah Dapatkan Rp50 Ribu per Hari dari Game, Tanpa Perlu Mengundang Teman
Selain masalah kapasitas, faktor lain yang mempengaruhi daya tahan baterai adalah perangkat keras dan perangkat lunak dalam ponsel itu sendiri.
Layar yang semakin besar dan tajam, kamera yang semakin canggih, serta prosesor yang lebih cepat, semua membutuhkan lebih banyak energi.
Meskipun baterainya sudah dirancang dengan baik, konsumsi energi dari komponen-komponen tersebut terus meningkat.
Bisa dibilang, baterai ponsel kita seperti pemain cadangan dalam pertandingan yang harus terus berlari tanpa henti.
Tips Menghemat Baterai Ponsel
BACA JUGA:Vivo V23 5G, Ponsel Kelas Menengah dengan Desain Mewah dan Kamera Selfie Canggih
BACA JUGA:Cara Mudah Dapatkan Rp50 Ribu per Hari dari Game, Tanpa Perlu Mengundang Teman