Kesenjangan Pendidikan: Peran Keluarga dalam Keberhasilan Anak

Senin 21-10-2024,15:25 WIB
Reporter : Eka
Editor : Ros Diana

PRABUMULIHPOS.DISWAY.ID - Kondisi ekonomi terbukti menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik anak. 

Selain kemampuan individual, sebuah penelitian menunjukkan bahwa latar belakang keluarga juga berperan penting dalam pencapaian akademik.

Nilai akademik di pendidikan formal dianggap sangat signifikan. Banyak orang tua yang mengharapkan anak-anak mereka meraih nilai hampir sempurna di semua mata pelajaran.

Sebuah studi dari University of York menunjukkan bahwa latar belakang keluarga memengaruhi keberhasilan pendidikan. 

BACA JUGA:Cerita Rakyat Dua Bahasa, Upaya Meningkatkan Literasi Siswa

BACA JUGA:Kepala SDN 6 Prabumulih Larang Pedagang Berjualan di Trotoar Demi Kenyamanan Siswa

Hal ini menciptakan kesenjangan antara anak-anak dari keluarga kurang mampu dan mereka yang berasal dari latar belakang lebih beruntung.

Penelitian ini menganalisis data dari 92.000 individu yang lahir antara 1921 hingga 2011. Temuan menunjukkan bahwa kesenjangan prestasi antara anak-anak dari keluarga miskin dan yang lebih beruntung tetap stabil. 

Menurut Science Daily, kesenjangan ini berkontribusi pada perbedaan nilai yang setara dengan sekitar setengah kelas di tingkat sekolah dasar. Selain itu, pengaruh latar belakang keluarga semakin terlihat seiring meningkatnya jenjang pendidikan.

Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa pada tingkat General Certificate of Secondary Education (GCSE) di Inggris, dampak latar belakang keluarga terhadap prestasi akademik bisa tiga kali lipat lebih parah, dengan perbedaan nilai mencapai 1,75.

BACA JUGA:Optimalisasi Pembelajaran, Pelatihan Pengelolaan Akun Belajar.id di Prabumulih

BACA JUGA:Lokakarya Ketiga Calon Guru Penggerak Prabumulih: Fokus pada Pembelajaran Berdiferensiasi dan KSE

Para peneliti menyatakan bahwa dampak jangka panjang dari latar belakang keluarga terhadap keberhasilan pendidikan anak dapat mempertahankan ketidaksetaraan sosial dan ekonomi antar generasi. Mereka menyerukan agar kebijakan pendidikan lebih fokus pada kesetaraan hasil belajar ketimbang hanya kesempatan.

Studi ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa anak-anak dari keluarga miskin, baik yang lahir di tahun 1921 maupun di era modern, menghadapi tantangan serupa dalam meraih nilai yang lebih rendah dan memiliki akses pendidikan yang terbatas.

Menurut Lestarika MPd, seorang guru di SMKN 2 Prabumulih, fenomena ini dapat dimengerti. Banyak anak merasa kurang percaya diri saat belajar karena membandingkan diri mereka dengan teman-teman yang lebih beruntung dalam hal aktivitas dan prestasi.

Kategori :