BACA JUGA:Gus Miftah Mundur dari Jabatan Utusan Khusus Presiden, Ini Tanggapan Pihak Istana Negara
BACA JUGA:Kemenhub Siapkan 11 Rute Mudik Gratis untuk Natal dan Tahun Baru 2024/2025
Pengalaman traumatis seperti kehilangan orang yang disayangi, pelecehan, atau peristiwa bencana bisa membuat anak menjadi pendiam.
Trauma semacam ini seringkali meninggalkan dampak emosional yang dalam, membuat anak merasa tidak aman, dan mereka bisa menarik diri dari pergaulan sebagai cara untuk melindungi diri.
Jika orang tua mencurigai bahwa anak mengalami trauma, penting untuk segera mencari bantuan dari seorang profesional untuk membantu proses pemulihan dan mengembalikan kepercayaan diri anak.
4. Pengalaman Bullying
BACA JUGA:Mengenal Jenis-Jenis Cokelat, Dari Hitam Pahit Hingga Putih Manis!
BACA JUGA:Perluas Inklusi Keuangan di Kawasan Asia Tenggara, BRI Luncurkan BRImo di Timor Leste
Anak yang menjadi korban bullying sering kali mengalami penurunan rasa percaya diri, yang dapat membuat mereka lebih tertutup dan enggan berbicara.
Bullying, baik secara fisik maupun verbal, dapat menyebabkan rasa takut, cemas, dan rendah diri.
Orang tua perlu mewaspadai tanda-tanda perubahan perilaku yang menunjukkan bahwa anak mungkin mengalami bullying.
Membangun komunikasi yang terbuka sangat penting agar orang tua dapat segera mengetahui dan menangani masalah tersebut.
5. Kesulitan dalam Keterampilan Sosial
BACA JUGA:Tiga Kepribadian Terburuk: Kenali Ciri-cirinya dan Bahayanya bagi Kehidupan
BACA JUGA:Liburan Sendirian? Ini 5 Kota Aman untuk Perempuan Solo Traveler
Tidak semua anak langsung merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain. Beberapa anak kesulitan memulai percakapan atau merasa canggung dalam situasi sosial. Akibatnya, mereka bisa lebih memilih untuk tetap diam.
Anak yang memiliki keterampilan sosial yang terbatas bisa dibantu dengan melibatkan mereka dalam interaksi sosial yang lebih santai dan mendukung. Orang tua dapat memberikan contoh dan memberi mereka kesempatan untuk berlatih berkomunikasi dalam lingkungan yang aman.
6. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh yang terlalu kaku atau otoriter dapat membuat anak merasa takut untuk mengungkapkan perasaan atau berbicara. Anak-anak yang dibesarkan dengan aturan yang sangat ketat mungkin merasa takut dimarahi atau dihukum jika mereka mengungkapkan pendapat mereka.