Tidak Boleh Lagi Ada Perangkingan Di dalam Kelas

Tidak Boleh Lagi Ada Perangkingan Di dalam Kelas

Para siswa di SMAN 4 Prabumulih belajar sambil bermain di dalam kelas, dan mereka sangat bahahia, namun tetap dalam pengawasan guru Foto; Co Captein belajar.id kota Prabumulih, Linggawati SPd MM--

PRABUMULIHPOS.CO.ID - Banyak perubahan dalam penerapan kurikulum di dunia pendidikan saat ini. Jika sebelumnya tingkat kecerdasan anak dibuktikan melalui prestasi dan perangkingan di setiap kelas, namun hal tersebut tidak berlaku pada Implementasi Kurikulum Merdeka.

BACA JUGA:RUU Sisdiknas Perjuangkan Hak Guru Non Sertifikasi, Simak Beritanya Disini

"Untuk kurikulum merdeka tidak ada persaingan lagi seperti peringkat atau perengkingan di dalam kelas. Pada IKM pembelajaran sudah berdasarkan kemampuan siswa. mulai dari Kemapuan kognetif, apektif maupun keterampilan," jelas Koordinator Pengawas SMP Kota Prabumulih, H Amin Jaya SPd MSi, Kamis 19 Januari 2023.

BACA JUGA:Cara Daftar Kartu Prakerja 2023, Mudah dan Cepat

Menurutnya, selain tidak ada sistem peringkat dan perbedaan penilaian untuk pengetahuan dan keterampilan di setiap mata pelajaran untuk Kurikulum Merdeka, Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) juga tidak dicantumkan dalam rapor Kurikulum Merdeka.  "Memang, KKM secara kuantitas tidak diterapkan dalam Kurikulum Merdeka," jelasnya.

BACA JUGA:Ternyata Segini Hukuman yang Akan Dijalani Ferdy Sambo Jika Dihukum Penjara Seumur Hidup

Pria yang pernah menjadi kepala SMPN 5 dan SMPN 4 Prabumulih ini, juga menyampaikan bahwa tampilan penilaian hasil belajar siswa di halam pertama rapor memuat mata pelajaran, nilai akhir, dan capaian kompetensi.

BACA JUGA:Ini Yang Harus dilakukan Anggota PPS Jelang Pelantikan

Sedangkan pada halaman kedua, rapor Kurikulum Merdeka memuat penilaian kegiatan ekstrakurikuler siswa, absensi, dan tanda tangan orang tua, wali kelas, dan kepala sekolah.

BACA JUGA:Cara Mendapatkan Saldo DANA dengan Menonton Youtube, Yuk Simak Caranya

Dari penjelasan koordinator pengawas tersebut jelas sudah bahwa guru harus meninggalkan perangkingan ataun kompetisi dalam kelas, karena beberapa alasan yang terlihat pada mitos dan fakta atau kenyataan di lapangan. 

BACA JUGA:Ini Syarat Untuk Membuat Kartu Pencari Kerja

Misalnya pernyataan bahwa kompetisi membuat anak semangat belajar, namun pada kenyataannya kompetisi membuat anak semangat belajar, hanya menjelang kompetisi saja. kedua anak ikut lomba agar mempunyai semangat kompetitif, kenyataannya semangat kompetitif sudah bawaan sejak lahir, tanpa ikut lomba pun setiap orang sudah mempunyai semangat kompetitif.

BACA JUGA:Dewan Prabumulih Minta Pengumuman PPPK Tenaga Kesehatan Tahap II Ditunda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: