Mengenal Tradisi Berbalas Pantun Pernikahan dari Budaya Desa Jiwa Baru

Mengenal Tradisi Berbalas Pantun Pernikahan dari Budaya Desa Jiwa Baru

Tradisi Berbalas Pantun Pernikahan dari Budaya Desa Jiwa Baru--Prabupos

BACA JUGA:Populer di Indonesia, Ini Kelebihan Sepeda Listrik

BACA JUGA:9 Quotes dari Orang yang Paling Berpengaruh di Dunia ini Bisa Merubah Hidup

Tarup biasanya di pasang tiga hari sebelum acara pesta pernikahan itu di mulai. 

Pada saat menuju tarub tersebut pengantin dihadang atau di halangi oleh selendang atau kain, lalu kain itu di bentangkan di pintu masuk dan di jaga oleh dua orang, disanalah prosesi berbalas pantun atau masyarakat Jiwa Baru menamainya dengan pantun bersaut.

Perlengkapan pada saat melangsungkan pantun bersaut biasanya terdiri dari selendang atau kain songket yang di bentangkan serta beras kuning dan uang logam yang di lemparkan atau di hamburkan pada saat berbalas pantun berakhir.

BACA JUGA:Selamat, Tiga Pemuda Desa Karangan Lulus Tes Polisi

BACA JUGA:Cara Merawat Rambut agar Tetap Sehat Meski Tertutup Kerudung

Masyarakat Jiwa Baru mempercayai bahwa melempar beras kuning dimaksudkan untuk mendoakan kesuburan, kemakmuran dan keharmonisan dalam rumah tangga.

Menurut penuturan dari ketua adat Desa Jiwa Baru bahwasannya dahulu pada saat akan melaksanakan upacara adat seperti palang pintu tersebut diiringi dengan alunan gong dan tarian-tarian penyambut pengantin atau disebut dengan tari pagar pengantin. 

Gong yaitu sebuah alat musik pukul yang biasa di gunakan sebagai alat musik tradisional. Alat musik tradisional gong telah lama di kenal dan merupakan ciri khas bagi permainan musik-musik tertentu dalam masyarakat melayu. 

Namun demikian, penggunaan alat musik gong tidak lagi di pergunakan oleh masyarakat melayu di Desa Jiwa Baru, mengingat sedikitnya bahkan tidak ada lagi orang yang dapat mempergunakan alat musik tersebut.

BACA JUGA:Wow Lihat, Ada Inovasi Apalagi di SMAN 3 Prabumulih

BACA JUGA:Anisyah Agustin Asal Prabumulih, Pemenang Putri Hijabfluencer Sumsel 2023

Karena orang yang biasa menggunakannya telah berumur atau sudah tua sehingga alat musik tersebut sudah terbengkalai dan di tempatkan di rumah kepala desa atau Kades Desa Jiwa Baru.

Nah, setelah itu barulah pantun bersaut di mulai, kegiatan seperti ini dinamakan dengan palang pintu. Isi dari dari pantun tersebut diantaranya:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: